Follow me!

Kamis, 26 Mei 2011

Kekuatan "Manga"

Hai, namaku “Mony”. Umurku 13 tahun. Ketampanan dan kekerenanku mebuatku sangat disegani di sekolah. Namun entah kenapa orang lain menganggap aku ini narsis. Mungkin mereka iri dengan kekerenanku. Disekolah, seperti biasa aku selalu bersama dengan temanku, “Gatot” datang ke perpustakaan untuk membaca buku.
Perpustakaanku bukanlah perpustakaan yang biasa. Di perpustakaanku terdapat layar LCD yang bisa digunakan untuk menonton film – film layar tancap. Disana juga terdapat 30 buah Playstation 3 yang biasa digunakan oleh siswa dan guru untuk “belajar” bersama. Selain itu, terdapat juicer yang biasa digunakan oleh penjaga perpustakaan untuk memusnahkan buku-buku yang tidak perlu. Temanku Gatot segera menanggapi penjelasanku kepada pembaca bahwa aku hanya sedang berkhayal dan menyia-nyiakan paragraf ini dengan percuma.
Yaaaaah……………. itu benar! Aku memang sedang berkhayal. Tidak mungkin ada perpustakaan yang seperti itu. Meskipun begitu, perpustakaanku memiliki komik favoritku yang merupakan hasil dari sumbangan siswa di sekolahku. Buku itu adalah “Naruto”! Buku karangan Kishimoto yang sedang mewabah sekolahku itu menjadi makanan sehari-hariku di perpustakaan. Suatu hari, aku datang keperpustakaan untuk memakan komik “Naruto” yang terbaru. Ketika sedang membaca (tentu saja aku tidak memakannya) tiba-tiba tanpa sadar aku mulai merasa mengantuk. Ketika aku bangun, aku terkejut mengetahui bahwa diriku berada di kamar seseorang. Tiba-tiba ada orang yang mebuka pintu kamar dan mendatangiku. Dia berkata,” kau baik-baik saja?”. Aku terkejut melihat wajahnya yang sudah tidak asing lagi bagiku. Tidak salah lagi, dia adalah “Naruto”. Naruto menjelaskan bahwa dia menemukanku sedang terbaring di markas Orochimaru yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu, aku menjelaskan tentang bagaimana aku bisa sampai di sini.
Setelah penjelasan yang panjang lebar dan tinggi, maka hasilnya adalah penjelasanku tidak hanya luas tapi juga volum. Setelah menjelaskan tentang dimensi tiga, Naruto pergi bersamaku ke tempat tetangganya, Orochimaru untuk memberinya penjelasan. Ketika tiba di depan pintu pagar markas Orochimaru, Naruto terkejut melihat anjingnya “Sasuke” sedang bermain-main dengan Orochimaru di halaman. Naruto menjadi marah dan berteriak, “Sasukeeeee! Ternyata kau menghianatiku. Dasar anjing tidak berperasaan!”. Pembantu Orochimaru, “Kabuto” yang semula sedang mengepel dengan sigap berusaha mengusir Naruto. Naruto yang marah, berubah menjadi monster dan mencubit kulit Kabuto yang halus dan lemah. Kabuto merengek kesakitan dan langsung berlari ke arah Orochimaru. Orochimaru kecewa dan memarahi Kabuto, ”Kabuto, kamu kupecat!”. Kabuto menangis dan pergi meninggalkan tempat itu. Naruto yang masih menjadi monster segera menyerang Orochimaru. Dengan tatapannya yang tajam, Orochimaru terbunuh seketika itu juga. Dokter mendiagnosis bahwa Orochimaru menderita kanker stadium akhir.
Berikutnya, tanpa ampun dia menyerang Sasuke. Sasuke dengan hebatnya menghindari semua pukulan Naruto. Tiba-tiba aku merasa bahwa presiden yang keempat di wilayah itu, “Minato” memberikanku kekuatan yang sangat hebat. Dengan yakin, ketika Naruto sedang lengah aku mencabut salah satu bulu kaki Naruto. Naruto mulai berubah seperti semula dan monster itu mulai kembali tersegel di tubuh Naruto. Sasuke mengambil kesempatan itu dan mulai menyerang Naruto. Dengan kekuatan yang diberikan oleh presiden, aku menghilang dan muncul di belakang Sasuke lalu meniup telinga Sasuke. Seketika itu juga Sasuke pingsan tak berdaya.
Entah kenapa, aku mendengar suara orang yang memanggilku. “Mon, Mony, Tangi woi!”. Aku pun terkejut dan membuka mata. Ternyata suara Gatotlah yang aku dengar. “Woi!, ndang tangi. Wes bel lho! Kowe iku senengane turu wae!” Seketika itu juga aku sadar bahwa itu hanyalah mimpi, namun aku merasa itu sangatlah nyata. Akhirnya kamipun kembali ke kelas untuk memulai pelajaran. Ketika menerima pelajaran, aku merasa bahwa tubuhku segar bugar. Konsentrasiku terpusat pada pelajaran tersebut. Gatot berpendapat bahwa karena aku sudah tidur tentu aku menjadi lebih segar. Namun aku merasa lebih aktif dari biasanya. Ketika guruku “Pak Ijo” memberikan kami latihan soal, aku dapat mengerjakan semuanya dengan baik. Pak Ijo bertanya kepadaku, ”Tumben kamu pintar di materi ini Mon? Bukannya kamu yang paling sering tidak mengerti?”. Aku pun menjawab sindiran itu, ”Pak Jo, aku ini kan memang smart. Selain itu aku juga ganteng, keren, baik hati, suka menolong, tidak sombong, rajin menabung………….”. “Sudah-sudah, cukup! Saya tahu kamu pinter, ayo sekarang jelasin materi ini di depan”. Kata-kata pak Jo sepontan membuat teman-temanku tertawa dan mengejekku. Aku tahu pak Jo sedang bercanda, namun sekarang aku merasa direpotkan. Akhirnya dengan tabah aku menjelaskan materi ini di depan. Entah kenapa semua materi telah aku jelaskan. Bahkan aku menjelaskan lebih dari materi yang diajarkan. Teman-teman dan pak Jo pun telah mendengarkan penjelasanku selama 2,5 jam tanpa henti. Mereka kelihatan kecapekan dan mulai malas mendengarkan penjelasan dari si Jenius ini. “Sudah cukup mon, kamu sudah keterlaluan dalam menjelaskannya. Sekarang sudah waktunya pulang”.
Akhirnya aku pun pulang. Setiap hari, aku selalu pulang ke sekolah dengan berjalan kaki. Jarak sekolah ke rumahku hanya sekitar 600 meter. Ketika aku melewati gang, ditengah jalan aku bertemu dengan segerombolan anak berandal dari sekolah lain. Merekapun mulai mendekatiku dan secara paksa meminta uangku. Entah kenapa aku merasakannya kembali, kekuatan dari presiden Minato mengalir di tubuhku. Dengan yakin aku mendorong dua orang berandalan itu. Mereka terjatuh dan menangis kesakitan. Berandalan yang lain merasa takut dan mereka mulai melarikan diri dan berteriak-teriak seperti wanita. Sesaat aku berpikir, ”Bukankah itu hanya mimpi? Namun kenapa aku dapat merasakan kekuatan presiden Minato? Mungkin kekuatan ini pula yang membuatku menjadi Jenius”. Akupun merasa senang dan pulang dengan penuh sukacita.
Hari demi hari kulalui. Karena kejeniusanku, sekolah selalu memintaku mengikuti lomba-lomba dan olimpiade. Teman-temanku pun selalu mengandalkanku. Aku pun dapat meredakan perkelahian dengan menyegel monster yang ada di tubuh teman-temanku. Walaupun aku terlambat bangun, aku dapat berangkat ke sekolah dengan kecepatan cahaya. Aku juga dapat mengalahkan geng “Akatsuki” yang sering mengganggu teman-temanku. Selain itu, aku juga dapat membantu tukang kebun sekolah untuk mebersihkan sampah dengan menggunakan jurus Rasengan (Salah satu jurus di Naruto). Monster berekor Sembilan pernah menyerang kota kami dan aku pun menyegelnya dalam sekejap. Akhirnya aku diangkat menjadi Hokage (sebutan presiden di Naruto) oleh pejabat-pejabat negara.
Akhirnya, akupun mulai merasa lelah. Semua orang sangat mengandalkanku karena kelebihan-kelebihanku. Aku bahkan tidak sempat membaca “Naruto” lagi karena sangat sibuk. Suatu saat, karena aku sudah tidak kuat menahan keinginanku, akupun mengendap-endap ke perpustakaan sekolah untuk membaca “Naruto”. Karena aku sudah melewatkan hampir 4 buku, maka aku mulai membacanya dengan kecepatan cahaya. Setelah buku terakhir selesai kubaca, tiba-tiba aku mulai merasa bahwa aku tidak berada di perpustakaan lagi. Aku pun akhirnya sadar bahwa aku berada di lantai paling atas dari kantor hokage (kantorku).
Di depanku aku melihat Minato sedang berdiri menghadapku. Dia mendekatiku dan bertanya, “Apakah kamu merasa bahagia dengan kekuatan yang sudah aku berikan?”. “Ya”, jawabku. “Namun, sekarang aku merasa bahwa kekuatan ini memberikanku beban yang sangat berat”. Dia kembali bertanya, ”Jadi, apakah kamu masih menginginkannya?”. Aku pun ragu-ragu. Aku sangat senang sekali karena bisa menjadi orang yang berbakat dan dihormati. Namun aku merasa lelah atas beban yang harus aku tanggung sebagai orang hebat. “Jika kau ingin mengetahui jawabannya, berlombalah denganku menggunakan kekuatanmu sendiri”. Kata-kata Minato sangat mengejutkan aku. Namun aku tak bisa menolaknya. Tiba-tiba aku tidak merasakan lagi kekuatan dari Minato mengalir di tubuhku. “Baiklah, sekarang kita menuju ke dapur. Kita akan berlomba memasak Ramen”, kata Minato. Kami pun pergi menuju dapur. Penilaian berdasarkan kecepatan mengantar makanan dan rasa. Kami cukup keluar dari tempat itu dan berlari lurus menuju rumah Naruto.
Perlombaan pun dimulai. Dalam sekejap Minato sudah selesai membuat dan memasak Ramen, sedangkan aku baru mulai menuangkan adonan. Setelah itu dia segera berlari dengan kecepatan cahaya menuju ke rumah Naruto. Aku telah kalah dalam satu penilaian. Namun aku masih berusaha membuatnya. Setelah selesai aku membawa ramen itu sambil berlari ke rumah Naruto. Setibanya disana, aku melihat Naruto dan Minato sedang menungguku. Sekarang dimulailah penilaian rasa. Naruto mulai dengan memakan ramen milik Minato. Setelah satu suapan, Naruto mulai menari-nari dan mengeluarkan suara aneh seperti orang yang sangat bahagia. Mungkin karena rasa ramen Minato terlalu enak untuk dirasakan manusia. Setelah Naruto pulih kembali, dia segera memakan ramen milikku. Setelah memakannya Naruto langsung memuntahkannya. Naruto mulai menarik nafas panjang-panjang dan berteriak, “TIDAAAK ENAAAAK, PAHIT DAN TERLALU ASIIIN”. Naruto melanjutkan, “Namun,………….... ramen Minato rasanya sangat aneh sampai aku tidak bisa memuntahkannya. Jadi aku mulai menari-nari sambil berusaha memuntahkannya. Dengan ini pemenang untuk penilaian rasa adalah MONY!”.
Aku tidak percaya aku dapat mengungguli Minato. Meskipun hasilnya seimbang, tapi aku sangat senang bisa mengalahkan Minato yang hampir berbakat dalam segala hal. Setelah itu, Minato berkata kepadaku, ”Kau mungkin kalah dalam kecepatan. Namun kau lebih berbakat dalam memasak” (@Naruto: apanya yang berbakat?). Aku pun mulai sadar bahwa aku bukanlah orang yang lebih payah dari Minato. Aku memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Setelah itu aku berkata kepada Minato, ”Aku sudah tidak butuh kekuatanmu lagi. Sekarang aku akan hidup dengan kekuatanku sendiri”.
Tiba-tiba aku mendengar suara orang memanggilku. “Mon, Mony, Tangi woi!”. Aku pun terkejut dan membuka mata. Ternyata suara Gatotlah yang aku dengar. “Woi!, ndang tangi. Wes bel lho! Kowe iku senengane turu wae!”. “Kok krasa déjà vu yo?”, kataku. Lalu aku kembali bertanya kepada Gatot, “Tot, saiki tanggal piro?”. Gatot menjawab, “Mosok kowe wes lali, saiki lak tanggal 15 November to!”. Aku berpikir, “bukankah itu tanggal saat aku pertama kali mulai tertidur di perpustakaan. Jadi semuanya itu hanya mimpi?”. Aku tidak tahu apakah itu nyata atau hanya khayalanku. Namun sekarang aku tidak akan pernah mengingini kekuatan itu lagi. “Wes, ayo ndang ke kelas!”
THE END

1 komentar: